Sayang,
ini penghujung tahun dan kita masih sendiri
masih belum berpegangan tangan
masih sering dan hobi berselisih jalan

Sayang,
ini penghujung tahun dan kita masih begini
masih belum menyadari benar arti hidup
masih suka mengegokan jantung yang berdegup

Sayang, 
ini penghujung tahun dan kita masih beda lini
masih belum tahu harus bagaimana
masih tidak mengerti sepenuhnya tentang rasa

Sayang, 
ini penghujung tahun dan kita masih kurang arti
masih belum terbangun dari galau hujan
masih gagal menghadapi ujian

Sayang, 
ini penghujung tahun, kan? Mari berpelukan.

Siapa yang Kamu Cari?

Alihkan pikiranmu sejenak dari masa depan, kini kuajak kamu menengok lagi ke belakang. Tidak untuk merutuki masa lalu, aku ingin mengajakmu melihat lagi apa-apa yang sudah kamu tinggalkan, siapa-siapa yang sudah kau buang. Ah, biarkan aku menarik nafas dalam terlebih dulu.

Aku hanya teringat ungkapan yang mengatakan kalau kita tidak bisa meraup semua yang diinginkan dalam genggaman tangan. Harus ada yang dilepaskan untuk mengambil yang lain. Kita tidak mungkin memeluk dua bahkan tiga orang dengan nyaman tanpa melepas yang tak terangkul. Harus ada yang berkorban, harus ada yang keluar dari lingkaran. Mirisnya, beberapa orang dan kenangan, pergi karena kita abaikan. Mereka tercabut seperti selenyap kabut. Entah karena kita terlalu rakus akan perhatian hingga terlalu sibuk lalu mereka tak dapat hirauan, atau karena mereka yang cukup tahu diri untuk tiba-tiba menghilang. Dan seperti yang sudah-sudah, saat itulah kehadiran mereka terasa nyata. 

Kamu, ingin seseorang menemanimu di tepian dermaga. Mendengar semua celotehmu, menyiapkan bahunya untuk kepalamu. Kamu sibuk mencari, merutuki diri. Dimana kiranya seseorang itu berada, dimana kamu dapat menemukannya hingga kalian bisa berbagi bersama. Kamu tidak tahu, atau mungkin tidak mau tahu, bahwa ada seseorang, ada beberapa orang yang bahkan berenang di tepian dermaga menantimu. Menunggumu menyambut tangannya, tangan mereka. Melambai padamu, berharap kamu paham kalau sejatinya mereka selalu ada. Sayang kamu malah terlalu sibuk mencari, entah apalagi yang kamu cari.

Mungkin, karena itulah kamu lelah. 

Ada baiknya kamu istirahat, sekadar untuk melihat bahwa di sekelilingmu banyak yang siap memberi pelukan erat. Mungkin yang kamu tunggu bukan pria tinggi, putih, dan berkacamata, bisa jadi dia ternyata berantakan tapi bertingkah seperti pangeran. Mungkin yang kamu tunggu bukan wanita berambut panjang dan berkaki jenjang, bisa jadi dia ternyata berambut mangkuk dengan senyum bak malaikat.

Ada baiknya kamu berhenti, sekadar untuk mensyukuri saat ini. 

Karena bagaimanapun, orang-orang yang ada saat ini, adalah yang bertahan atasmu. Selalu.

Air Mata

Pikirkan, apakah air mata bisa mengering?

Kalau air mata tidak bisa mengering, kenapa kini tiap kali hujan aku tidak lagi meneteskan butiran hangat itu untukmu. Kenapa tiap kali jendela kamarku berembun karna rintikan, air mataku tidak ikut turun meramaikan. Kenapa tiap kali terdengar suara hujan yang berisik, hati dan mataku tidak lagi terusik. Kenapa tiap kali kupaksakan diriku mengingatmu sekadar memancing air mata, aku malah tak dapat apa-apa.

Ada apa?

Begitulah adanya. Kau menyimpulkan aku mati rasa, kupikir aku hanya sedang tak ingin merasa. Kalau dulu hujan begitu terasa seperti "kita", kini hujan hanya tetesan air dari semesta. Yang kuharap, saat basahnya meresapi kulitmu, kau tahu disitu aku selalu ada. Serpihan aku yang selalu terbawa, tapi kini tanpa air mata.

Kutapaki jalan yang dingin, kakiku ngilu tapi tak terluka. Rasanya sakit hingga ke tulang, rasanya perih tak tertahan. Terlebih saat sekali lagi, aku sadar sakitnya bahkan tak membuatku berairmata. Rasanya remuk tapi aku tak berdaya, bahkan untuk sekadar bilang kalau aku ingin menangis saja, aku terbata-bata.

Aku lelah. Aku kalah.

Air mata tidak bisa mengering, Sayang. Mungkin kini giliranmu berairmata.

Rindu Pan-dora

Hai! Hai! Hai!

Nggak tahu harus bilang apa, nggak tahu harus menulis apa setelah sekian lama nggak bisa bersua dengan halaman penting ini. Kalau-kalau ada yang merindukan postingan baru, percaya, aku jauh lebih rindu menulis disini. Semoga nggak lama lagi, jadwal postingan kembali normal. Ini juga lagi meminjam laptop teman, waktunya lima menit. Hahaha.

Nih, salah satu kutipan dari Nathan Callaghan, tokoh novel baruku.

"Cinta itu tidak menuntut? Bagaimana bisa cinta tidak menuntut? Tentu saja cinta menuntut. Memangnya siapa yang tidak mau dipeluk di pagi hari, menikmati senyum seseorang yang paling dicintai?"

Dah. Sampai ketemu lagi! Aku kangen menulis bebas disini.