Aku Ingin Jadi Laut

Pernah suatu hari, aku ingin sekali jadi pelabuhan.

Tempat kapal-kapal bersandar, tempat mereka menepi saat telah lelah. Tempat yang dituju pun diharap setelah terombang-ambing di laut. Pernah kulihat banyak orang lalu lalang di pelabuhan. Ada yang baru saja ingin mengarungi laut, ada yang sedang tak sabar serta rindu daratan, ada yang hanya duduk di tepian entah menatap apa. Pelabuhan... tempat teraman mereka, tempat teramanmu. Ingin jadi pelabuhan yang kokoh agar kamu tahu kemana harus melepas segala keluh kesah. Agar kamu tahu bahwa aku selalu ada di sana, menanti datang dan pulangmu.

Tapi pelabuhan, tak sekokoh karang. Pelabuhan, manusia yang ciptakan.

Bayang besarku tentang pelabuhan mendadak pupus. Ah, aku ingin jadi laut saja.

Laut, tempat yang telah ada bahkan sebelum kita tercipta. Laut, tempat segala air di bumi bermuara. Laut, yang luasnya bisa kamu ukur dengan teknologi atau cukup lihat di peta, tapi tak pernah akan benar-benar kamu jamah seluruh kerasnya. Laut, tempat nenek moyangmu dulu berpetualang dengan bangganya. Laut, tempat yang dasarnya menyimpan indah tak terkira.

Laut, yang tak pernah kehilangan asinnya meski terus dijatuhi hujan.

Aku ingin jadi laut yang telah ada sebelum kamu ada. Aku yang ada karena tahu kamu akan tercipta. Aku yang telah lebih dulu meluaskan diriku sendiri agar di manapun kamu terjatuh, tempat berakhirmu masihlah aku juga. Karena sungguh, kupikir hujan tak takut jatuh karena tahu laut akan selalu ada untuk menangkapnya. Aku ingin jadi lautmu, jadi sekuat-kuatnya tempat untukmu datang dan pulang. Jangan khawatir, kamu aman bersama lautmu kini. 

Jadilah hujan saja, maka aku akan jadi laut untukmu saja.