Memangnya Kamu Tahu?

Harus kumulai dari mana cerita ini. 

Adegan diam-diam melihat punggungmu atau darah yang berdesir cepat tiap kali kusadari hadirmu? Atau haruskah kumulai cerita ini dari air mata yang merebak di pelupuk saat sadar kamu sepertinya memang tak akan pernah tergapai, selamanya?

Memangnya kamu tahu?
Debar hebat yang harus kutanggung tiap kali kamu muncul di hadapanku, bermeter-meter jauhnya, tapi jantungku bahkan tak sanggup menanggung kencang detaknya. Aku tergagap, tak bisa berucap.

Memangnya kamu tahu?
Gemas yang harus kutanggung tiap kali kamu mendekat, tapi tak satu kata pun terucap. Aku yang ingin sekali mendengar suaramu yang tertahan, bukannya mencuri dengar dari kejauhan.

Memangnya kamu tahu?
Aku menanti dalam diam yang menyakitkan. Berharap kamu membaca semua tanda-tanda. Berharap kamu, entah bagaimana, tahu dan mengerti kalau kamu kini poros dunia kecilku, di dasar hati sana.

Memangnya kamu tahu?
Bahwa kehadiranmu saja, bisa menjungkirbalikkan dunia. Aku tidak minta kamu sadari, aku hanya ingin kamu hadir di pelupuk mata setiap hari. 

Dan disinilah aku. Satu dari sekian banyak yang diam menanti. Kalau kalau kamu akhirnya sadar dan mengerti semua tanda yang kuberi, semoga aku masih si penikmat cinta diam-diam yang sama.

Berkatmu, aku tahu rasanya menahan rindu sampai raga terasa ngilu. Doakan saja, di hari dimana kamu akhirnya menerima tanda-tandaku, aku belum jatuh pada seseorang yang hapal bahkan merangkai tanda-tanda itu.

Satu hal yang harus kamu tahu, kalau kelak kamu lenyap di pikiranku, kamu kekal dalam doaku.

2 comments: