Krisis Seperempat Abad


25 tahun.

Kata orang, usia saat kehidupan sesungguhnya baru dimulai. Kata orang, usia saat semua yang selama ini kamu lakukan mulai terlihat arahnya. Saat tak ada lagi yang menyebut kamu remaja, saat kamu semakin dekat dengan angka 30 tahun ketimbang dengan umur saat lulus SMA. Kata orang, ini usia saat kemampuan finansial mulai stabil, usia yang banyak jadi batas pertimbangan untuk pindah kantor atau menetap asal gaji terjamin. Usia saat teman-teman banyak sekali yang sudah menikah, bahkan punya anak dua. Usia saat teman-teman sudah selesai menempuh pendidikan S2, usia saat orang-orang yang kamu kenal mulai mengenal cicilan rumah.

Tak ada yang memberi tahumu kalau di usia ini, pertanyaan-pertanyaan yang selama ini gak menganggu, ternyata bisa sangat menyinggung hati. Entah karena kamu makin mengenal susah payah hidupmu hingga menolak dikomentari terus menerus, entah karena ditanyakan berkali-kali.

"Sudah umur segini kok masih belum bekerja?"
"Sudah umur segini kok masih juga belum menikah?"
"Sudah umur segini kok masih bingung mau ngapain?"
"Sudah umur segini kok masih belum punya anak juga?"

Menyebalkan? Iya. Tapi gak apa-apa, kamu pasti bisa melewatinya. Ini memang masanya.