Disinilah aku berada. Di dunia sesungguhnya, tempat dimana yang hidup akan bermuara. Lucunya, aku tak bisa menemui satu pun orang yang kukenal disini. Mungkin lebih baik langsung kuminta agar dipertemukan dengan yang kukenal saja. Keluarga di dunia, teman-teman, aku mau mereka semua. Tapi tunggu, aku bisa jalan-jalan sendiri dulu.
Kemudian, aku melihat dia.
Pria yang hadirnya terasa familiar, tapi tak bisa kuingat dengan jelas namanya. Dia sedang duduk bersama beberapa anak kecil, pemandangan yang juga familiar, tapi ingatan burukku tak dapat mengingat lebih baik. Sampai akhirnya dia melihat ke arahku.
Mata kecilnya membesar. Lalu dia menyebut namaku.
Aku terkesiap. Wah, dia kenal aku rupanya.
"Aku satu klub denganmu. Si cowok yang suka datang terlambat. Ingat?"
"Ah! Kamu pernah membantuku membuat tugas presentasi!"
"Dan tugas makalah,"
"Oh iya, itu juga," aku tertunduk malu. Dia banyak membantuku tapi mengingat namanya saja aku tak mampu. Dasar wanita dungu.
"Oh ya, terima kasih sudah melayatku."
"Kamu dan rombonganmu pantas dapat penghormatan terakhir."
"Kaki-kaki ini masih mengingat tanah basah terakhir yang kupijak di gunung itu. Kepala ini juga, masih mengingat rasanya berbenturan dengan batu-batu di dasar jurang," dia tertawa kecil. "Tapi, sebelum tak bisa melihat apapun lagi, aku sempat melihat matahari terbit. Sekilas."
"Setidaknya Tuhan tak membiarkanmu pergi di dasar jurang yang gelap."
Dia mengangguk. Kemudian ada jeda panjang yang kami nikmati bersama.
"Omong-omong, kenapa aku bisa bertemu denganmu, ya?"
"Memangnya kenapa?"
"Aku belum bertemu siapa-siapa di sini. Maksudku, kenapa kamu jadi orang pertama yang kutemui saat aku baru sampai di sini? Kenapa bukan keluargaku?"
"Karena aku yang meminta."
"Apa?"
"Aku meminta pada Tuhan untuk membuatmu melangkah ke sini."
"Apa? Kenapa?"
"Karena aku ingin bertemu denganmu, tentu saja."
"Kenapa?" suaraku makin mengecil. Bingung.
"Tak sadarkah kamu kalau selama ini aku jatuh cinta..."
Hening beberapa saat, aku menahan napas.
... padamu?" sambungnya.
"Kenapa kamu tak pernah bilang?"
"Karena kamu sedang bersama dia, sibuk bersamanya. Bukan caraku mengambil wanita dari seseorang yang masih memilikinya."
"Tapi, ternyata yang kupertahankan adalah pria brengsek."
"Iya, aku tahu."
"Kamu tahu?"
"Aku tahu kamu menangis seorang diri saat semua orang di klub bubar, aku tahu kamu menunggu kabar darinya sampai malam di klub tapi dia tak kunjung datang. Aku menawarimu pulang bersama saat itu, kamu ingat?"
Darahku berdesir di belakang kepala. "Ah, iya. Jadi, kamu menungguiku?"
"Iya, tapi kamu malah memilih menungguinya. Dia datang?"
"Katanya, dia banyak urusan."
"Kamu tahu, dalam hati kecilku, tiap hari, aku ingin sekali bilang padamu untuk meninggalkannya lalu kencan bersamaku. Aku tak akan membuatmu menunggu seperti yang dia lakukan padamu, aku tak akan membuatmu menangis seperti wanita tak berguna, aku tak akan membuatmu berharap pada sesuatu yang sia-sia."
Mendadak, air mataku merebak.
"Aku ingin bilang, mungkin aku tak lebih hebat darinya. Tapi aku bisa membuatmu lebih bahagia. Aku lebih bisa menjagamu, lebih bisa menghargai perhatianmu. Aku yang selama ini jatuh cinta diam-diam, ingin sekali memintamu berhenti berharap padanya."
"Kalau kamu bilang, mungkin aku akan melepaskannya."
"Orang yang sedang jatuh cinta adalah yang paling keras kepala, tahu."
Aku tertawa. Ini konyol sekali.
"Sekarang, kamu sudah bukan milik siapa-siapa, kan?"
"Tentu saja."
Dia menggamit kelingking kiriku. "Kamu, selama ini aku jatuh cinta. Aku mutlak jatuh cinta tapi tak bisa berbuat apa-apa. Sayangnya tak bisa kukatakan di dunia, boleh kukatakan di sini saja?"
Aku mengangguk sambil menahan tawa.
"Kamu, mau jadi pacarku?"
Aku mengangguk, kali ini sambil sungguhan tertawa.
Cara Tuhan mempertemukanmu dengan cinta adalah skenario paling jenaka.
Wahahaha keren ceritanya :D
ReplyDeleteTerima kasih, ya! :D
Deleteseharusnya cinta itu bahagia, kalo sudah tidak bahagia berarti ada yang salah dengan keduanya. berganti pasangan hanya akan membuat kejadian itu suatu saat akan terulang lagi. kalo memang mau, pertahankan dan ubah jadi lebih baik, tapi kalo udah ga kuat ya cari yang terbaik selain dia.
ReplyDeleteIya. Menurut saya, tetap ada cinta-cinta yang gak bisa dipaksa berubah selain mencari yang baru. Terima kasih komentarnya. :D
DeleteJadi...apa mereka berdua sudah meninggal? Kenapa ada kata-kata 'terima kasih sudah melayatku.' Woh, pada akhirnya hati yang baik akan menemukan pasangan pelengkapnya :))
ReplyDeleteIya, keduanya sudah meninggal, tapi si cowok meninggal duluan waktu mendaki gunung mewakili kampus. Terima kasih, ya. :))
Delete