Lobby - Kantin Kantor CNA - 17.00
Riifa bolak-balik memerhatikan layar laptop, jam di pojok layar laptop, dan langit di luar. Bekerja, menunggu kekasih yang sedang rapat, sembari memastikan bahwa mereka tak akan terlambat ke acara pernikahan teman dekat Adrian yang mulai sekitar dua jam lagi. Adrian yang tak juga menampakkan diri dan lokasi acara yang cukup jauh membuat Riifa yakin bahwa mereka berdua akan datang dengan memakai setelan kerja. Tapi Riifa yakin, tentu saja, manalah Adrian peduli. Ingat bahwa dia punya acara yang harus dihadiri saja belum tentu, apalagi ingat bahwa ada kekasih yang sedang menunggu. Riifa menutup laptopnya lalu berjalan menuju kantin kantor.
Di sana, dia melihat perempuan dan lelaki sedang duduk berhadapan. Si perempuan sedang sibuk menulis sementara si lelaki menatap perempuannya dengan tatapan penuh cinta, jelas sekali kalau mereka sepasang kekasih. Riifa menatap pasangan itu dengan sedikit iri. "Lelaki itu aku, menatap kekasih kerja sementara dia asyik dengan dunianya. Ingin juga sekali-kali ditunggui dan ditatap seperti itu."
--------
Alegra tersenyum lebar sekali. Gadis berambut pendek itu sengaja datang ke kantor Biru untuk merayakan sehari kekasihnya bekerja. Biru berjalan keluar dari lift, menatap kaget pada kekasihnya yang sedang berdiri dengan girang. Biru berjalan pelan sembari menunduk malu, Alegra mengusap-usap kepala Biru, mengucapkan selamat karena akhirnya dapat bekerja di perusahaan impian Biru sejak dulu. Selama ini Biru bekerja paruh waktu di rumah sebagai konsultan pajak sekaligus pemilik toko roti. Penghasilannya tak kurang, tapi entah kenapa dia ingin menggapai lebih. Dia ingin ilmu semasa kuliahnya benar-benar berguna dan terpakai.
"Terima kasih sudah terus mendukungku," Biru tersenyum pada Alegra. "Akhirnya aku punya pekerjaan yang pantas dibanggakan, pekerjaan yang jelas. Jadi kelak kalau aku bertemu dengan orang tuamu, aku bisa dengan bangga bilang kalau aku bekerja di CNA."
--------
Asca sedang sibuk-sibuknya merencanakan acara piknik TK saat Zach terus-terusan bilang terima kasih karena telah mau menikah dengannya. Asca meletakkan pena di tangannya lalu menuding hidung Zach. "Iya, iya, iya. Bukankah sudah kubilang berkali-kali: "Iya, sama-sama. Terima kasih juga ya sudah memintaku untuk jadi istrimu.", apa yang kurang jelas dari itu?"
Zach hanya terus tersenyum seperti orang kerasukan. Asca meminta Zach untuk kembali ke ruang rapat karena sekarang kekasihnya ini sedang bolos dari rapat hanya karena dia tahu kalau Asca sedang menunggunya di kantin kantor. Asca benar-benar menyesal telah memberi kabar pada Zach yang kini sedang memerhatikan pasangan di lobby kantor. "Lihat, perempuan itu mengusap-usap kepala lelakinya. Kamu sekali-kali begitu, dong." kata Zach. "Nggak ah, malu." Asca memerhatikan pasangan yang dimaksud Zach. "Kok, sepertinya aku familiar ya dengan perempuan itu?"
--------
Adrian keluar dari ruang rapat, setengah berlari saat keluar dari lift. Dia melihat Riifa sedang duduk di pinggiran sofa, menopang dagu, wajahnya terlihat lelah dan mengantuk. Langkah Adrian melambat. Dia akhirnya duduk di sofa yang bersebrangan dengan sofa tempat Riifa duduk, menatap sejenak pada kekasihnya yang sedang memejamkan mata, lalu bersandar di sofa. Hari yang lelah untuk pasangan kekasih yang luar biasa sibuk. Adrian dan Riifa sama-sama tersentak saat Biru menyapa Adrian.
"Oh, hai," Adrian tersenyum kecil sembari berusaha mengingat sesuatu. Biru tersenyum. "Biru, Pak. Nama saya Biru." Adrian akhirnya mengingat Biru, karyawan baru yang baru sehari bekerja sudah langsung disuruh menyiapkan materi untuk Divisi Keuangan. Sementara Adrian dan Biru berbincang kecil, Riifa yang terbangun mengalihkan pandangannya ke kantin. Matanya bertemu dengan mata Asca. Mereka awalnya saling menatap agak lama sebelum sama-sama melotot saat akhirnya mereka mengenali satu sama lain.
--------
Zach merangkul Asca keluar dari kantin, akhirnya dia sama sekali tidak ikut rapat dan hanya menemani Asca di kantin kantor. Asca baru saja menerima lamarannya kemarin, dia tidak bisa berkonsentrasi pada hal lain. Rasanya masih tidak nyata, bahagia yang terlalu bahagia. Perasaan yang tidak ingin dia rusak dengan hal lain, meskipun hal itu adalah rapat penting kantor. Zach hampir terjatuh saat Asca tiba-tiba menarik tangannya dengan kencang. "Bu Editor! Itu Bu Editor!" Asca setengah berteriak. Zach memerhatikan perempuan yang dimaksud Asca, lalu matanya mengarah pada lelaki di depan perempuan itu. Adrian Maha Deva. Atasannya, musuh terbesarnya.
"Tunggu, tunggu, kamu mau ke mana?" cegah Zach. "Di sana ada Adrian, maksudku, Pak Adrian. Aku tadi gak ikut rapat yang dia pimpin, kamu mau aku gulat dengannya sekarang? Ayo pergi sebelum dia melihatku." Zach menarik tangan Asca yang hanya bisa menatap Riifa dengan mulut ternganga. "Kalau gak salah, beberapa hari lalu Adrian mengumumkan kalau dia akan menikah, sepertinya itu pacarnya. Ya ampun, aku turut berduka cita untuk perempuan cantik itu. Dia akan menghabiskan seumur hidupnya bersama Adrian Maha Deva." Zach bergidik.
--------
Biru menghampiri Alegra yang terlihat sedang berbincang dengan dua orang di dekat pintu masuk. Setelah berbincang sejenak dengan Adrian, hatinya terasa sangat bangga. Dia tahu Adrian sejak lama dan sangat mengagumi sosok atasannya itu. Kakinya gemetar saat tadi memberanikan diri mengajak Adrian mengobrol. Untungnya, Adrian sama sekali tidak terlihat keberatan hingga mereka bisa berbincang mengenai rapat tadi.
"Ini Biru, pacarku yang waktu itu kuceritakan. Biru, ini Asca, temanku." Alegra mengenalkan Biru pada Asca. "Oh, yang melupakan ulang tahunmu itu?" tanya Asca. Kemudian Alegra dan Asca tertawa. Kening Biru berkerut, mulutnya menyunggingkan senyum aneh. Biru kemudian menatap pria kurus tinggi di sebelah Asca. Matanya membelalak, Zachary, Kepala Divisi Keuangan. Zach yang sedari tadi terlihat gelisah dan menarik-narik tangan Asca, mendadak diam saat sadar kalau lelaki yang sedang memerhatikannya adalah bawahannya. Si anak baru yang tadi (berani-beraninya) sempat memberi teguran pada Zach yang bolos rapat.
--------
Di pintu keluar, Adrian dan Riifa bertemu dengan Biru dan Alegra yang sedang mengobrol dengan Zach dan Asca. Adrian tersenyum pada Biru, lalu beralih menatap Zach yang mati gaya dan bingung harus menatap ke mana. Biru menatap dua atasannya dengan penasaran dan kebingungan. Zach bergantian menatap mobilnya dan jalanan yang basah bekas hujan. Sementara Riifa, Alegra, dan Asca, kini sedang memekik girang sembari saling berpelukan karena akhirnya bertemu lagi dengan cara dan di tempat yang tidak terduga. Tanpa tahu bahwa kini kekasih mereka sedang menahan diri untuk tidak saling menerjang satu sama lain.
"Sayang, pulang, yuk?" sahut ketiga lelaki itu bersamaan.
--------
Baca cerita tentang tiga pasangan ini: Cerita-Cerita Pilihan
Baca cerita tentang Riifa, Alegra, Asca: Hari Lahir
No comments:
Post a Comment