Jejak-Jejak Kita

"What am I gonna do when the best part of me was always you?
And what am I supposed to say when I'm all choked up and you're OK?
I'm falling to pieces..."


  
Ternyata, cerita ini tak memiliki akhir yang semestinya.
Kita pernah bersama, itu benar.
Kita pernah saling membagi cerita.
Kita pernah duduk bersama, saling bertatap muka.
Kita pernah membagi hati sembari saling menjaga.

Tapi kemudian, kamu memutuskan untuk pergi begitu saja.

Jejak-jejak kita, katamu hapuskan saja.

Tapi, bagaimana dengan jejak yang telah terpatri di kepala?

Bagaimana kabar hatiku tanpa kamu yang menempati?

Seperti apa malamku tanpa suaramu dalam sepi?

Apa yang harus kulakukan pada air mata ini?


Sementara kamu, kini baik-baik saja.

Kamu dengan cepat pulih, seperti aku bukan siapa-siapa.

Seperti semua cerita yang ada selama ini hanya dongeng belaka.

Seperti jejak-jejak kita tak pernah tertanam di kepala lalu hilang begitu saja.


Ini mungkin memang akhir yang semestinya. Aku yang hanya tak bisa menerima.

No comments:

Post a Comment