Minggu pagi, hujan baru saja reda. Cahaya matahari mulai jatuh di permukaan sprei yang kusut, disusul suara burung-burung yang terlambat mencari makan. Tanganku berusaha menggapai ponsel di atas kepala, tapi yang kudapat malah lengan yang terkulai. Lelakiku terbangun saat merasakan berat kepalaku di punggung tangannya.

"Mau kubuatkan sarapan?" tanyaku.

"Kemarilah," ucapnya lirih sembari menggeleng.

"Aku sudah di sini. Kemari ke mana?"

"Ke sini. Kupeluk."

Aku menggelinding ke arahnya, masuk ke dalam cekungan tubuhnya. Hangat dan pengap. Ada sedikit aroma keringat, lebih banyak aroma sampo. Tempat yang nyaman sekali untuk menangis, tempat bersandar tanpa kata-kata saat isi kepala sudah terlampau berat. Tempat terbaik.

"Aku ingin begini terus. Selamanya."

Lelakiku mengangguk mengiyakan. Dari sekian banyak ketidakpastian di masa depan, terus bersamamu adalah sepasti-pastinya ketenangan. Kita yang membuang-buang waktu adalah kita yang sedang menciptakan kenangan. Ditakdirkan bersamamu adalah hal terbaik. Juara satu.


No comments:

Post a Comment