Wahai Zeus

Kepada Dewa Zeus,

Hem. Mungkin surat ini pantas diberi judul 'Surat Gila'. Manusia mana yang tiba-tiba berpikir untuk mengirimimu secarik surat-digital dan bukan tulis tangan pula. Kau tahu, nggak semua orang kukirimi surat. Menulis itu lebih sulit dari berkata-kata. Harus menyampaikan perasaan dan segala yang berkecamuk lewat tulisan, berharap seseorang yang kau kirimi mengerti di luar pikiran, tanpa tahu seperti apa ekspresi dan perasaan yang jumpalitan. Aku nggak peduli kau membaca atau tidak surat ini. Aku bahkan nggak peduli kau nyata atau fana, kau sungguhan dewa atau mitos belaka. Kerjanya masyarakat Yunani kuno yang kreatif luar biasa, kalau saja kau benar-benar hanya karangan mereka.

Demi kebahagiaan sementaraku selama menulis ini, anggap saja kau benar-benar ada. 

Kau hebat, ya. Aku belum selesai memahami silsilah dan seluruh cerita Yunani kuno, tapi, siapa sih yang nggak tahu kalau kau itu Dewa-nya para dewa. Semua tahu. Kalau kau adalah dewa yang paling sering disebut, paling familiar dan terkenal di antara semua deretan dewa. Aku mulai tahu gambaranmu yang hebat dari film. Kau selalu digambarkan sebagai dewa yang besar, berambut keemasan dan bergelombang panjang, janggut yang menjuntai, dan baju kebesaran khas dedewaan. Kuharap aku dan semua pencerita itu nggak salah tentangmu ya, ayahnya Hercules.

Aku ingin tanya, kenapa kau punya banyak sekali pasangan. Mulai dari silsilah Keluarga Para Dewa Utama hingga Keluarga Kerajaan Thebes dan Atreus. Kau ada dimana-mana. Punya pasangan, anak, cucu, dan cicit yang juga dimana-mana. Dalam salah satu silsilah Leluhur Perseus dan Hercules, kau bahkan membuat cicitmu sendiri, si Alcmene mengandung anakmu, ya. Dan lahirlah Hercules. Aku yang baru mulai mendalami silsilah keluarga Yunani benar-benar takjub padamu. Dan pada nyalimu untuk menyamar sebagai suami Alcmene dan membuat satu anak setengah dewa terlahir lagi ke dunia setelah Perseus.

Cukup dengan silslah yang ruwet itu, aku ingin sekali bilang kalau aku penasaran dengan duniamu. Sekali lagi, andai kau bukan sekedar cerita, ya. Dunia kalian pasti penuh gejolak. Masing-masing dewa memiliki peranan dan menurut yang kubaca, kalian para dewa memiliki hak penuh atas peran itu. Misalnya, Dewa Ares, anakmu si Dewa Perang, digambarkan memiliki kereta perang yang ketika ditunggangi akan terdengar rintihan dan darah mengaliri Bumi. Aku juga baru tahu kalau cupid-yang selama ini digambarkan sebagai Dewa Cinta yang gendut, berambut ikal, dan bersayap-ternyata dewa yang kabarnya seorang dewa muda yang tampan, bernama Eros. Selain tampan, Dewa Eros juga termasuk salah satu dewa yang penuh cinta. Ah, rasanya sudah banyak yang kubaca, tapi ternyata lebih banyak yang aku nggak tahu. Yang kupaparkan ini baru sekelumit dari cerita tentang Yunani kuno yang termahsyur itu.

Dewa Zeus, aku suka sekali dengan mitologi Yunani. Aku membayangkan kalian para dewa benar-benar ada, kalian hidup dan memenuhi dunia, jauh sebelum kami yang modern ada. Tapi, kau tahu, aku dilarang memercayai sesuatu yang diluar ciptaan Tuhanku. Kau dan semua para dewa itu, termasuk Hephaestus dan Pandora yang kukagumi, masih sekedar cerita jaman dulu yang dirangkai hebat.

Oh ya, terima kasih karena sudah memiliki anak seperti Hephaestus yang pintar membuat alat-alat, termasuk Pandora di dalamnya. Walaupun Hephaestus dikisahkan adalah anak Dewi Hera dan bukan anak darimu, tapi aku senang membaca bagian kalau dia adalah anakmu. Kau sudah menyuruh Hephaestus membuat Pandora. Dan akhirnya Pandora mendunia dengan kotak miliknya. Ya ampun, lagi-lagi aku berterima kasih pada sesuatu yang nggak jelas.

Titip salamku untuk semua para dewa-dewi yang entah berada dimana itu. Kalian cerita dan bagian dari masa lampau yang hebat. Kalian itu sesuatu yang penting. Yang ingin sekali dipercayai sekaligus tidak sama sekali keberadaannya. Apapun itu yang jelas aku masih dan akan terus mempelajari tentangmu, tentang kalian. Masih akan membaca buku Mitologi Yunani dan menonton semua film yang berhubungan dengan dunia itu. 

Dah, Dewa Zeus.

"Mitologi Yunani menunjukkan kepada kita bagaimana manusia berpikir dan merasa di masa lampau." -Edith Hamilton, penulis 'Mitologi Yunani'.

No comments:

Post a Comment