Awal Lini, Separuh Pagi


"Persetan dengan dunia. Bagiku kau semesta."

Kalau saja manusia dicipta untuk mampu melongo ke dalam pikiran orang lain. Kalau saja aku punya daya untuk membaca baris perbaris susunan cerita di benakmu. Kalau saja aku bisa melihat apa yang sudah dan akan kaulalui dalam pencapaianmu atas masa depan kita yang masih abu-abu. Apa aku akan menemukan potongan gelisahmu terhadapku? Apa aku akan menemukan rekahan senyummu atas namaku? Apa aku akan mendapati gambaran waktu beberapa tahun lagi bersamamu? Siapa yang tahu. Mungkin saja kita memang tidak pernah tertulis di dimensi waktu manapun, termasuk masa lalu. Atau bahkan di kehidupan berikutnya, di tempat baru setelah akhir dunia. Hanya ada aku tanpa kau atau ada kau tapi tanpa hadirku. Tidak pernah ada kita. 


"Langit-langit kamar atau bayanganku. Mana yang lebih dulu kau lihat di separuh pagimu?"

Kalau benar tidur adalah peralihan dari dunia fana ke dunia nyata, maka aku ingin berada di antara keduanya. Menyusup ke dalam mimpimu, pelan-pelan mengisinya bak hantu. Aku ingin memenuhi bunga tidurmu dengan sungguhan bunga. Hanya akan ada adegan sempurna, tanpa kejar-kejaran dengan masalah dan ditenggelamkan air mata. Hanya akan ada tawa membumbung ke angkasa, senyummu yang sebesar dunia, dan aku yang menatap penuh bahagia. Dan saat kau akhirnya bangun dan menghadapi hari lagi, kuharap yang kau tangkap di mata dan hati masihlah aku. Seperti di mimpimu. Tak kau lihat lagi langit-langit kamar yang putih. Aku akan menyambutmu di awal lini, di separuh pagi.


"Kalau cinta berwarna merah jambu, mungkin milikku berpendar ungu."

Kalau merah jambu memendarkan cahaya lembut yang hangat, ungu-ku akan menusuk matamu dan membuatnya sakit. Karena merah jambu-ku telah terlampau pekat, menyublim jadi ungu tanpa bisa kutahan lajunya. Untuk itulah kau harus memejam agar bisa melihat pendarnya. Bercampur gulita dalam matamu, ungu-ku akan meredup jadi merah jambu. Tak akan kau dapati merah jambu-ku dengan mata membelalak. Kau harus jadi kau sendiri, seorang diri agar bisa menemukanku. Kalau aku bisa ditemukan oleh orang lain semudah saat kau membuka mata, maka lebih baik aku tidak pernah tertulis untukmu. Pejamkan matamu dan temukan ungu-ku membaur dalam dirimu dan jadi merah jambu.


"Jadi, sudahkah kamu mengingatku hari ini?"

Kalau-kalau belum, kuingatkan kamu untuk mengingatku sekarang.

No comments:

Post a Comment