Jangan Kalah

"I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up, still looking up."

Tentu saja
Aku tidak akan menyerah, tidak akan pernah
Masa depan seperti apa yang ada kalau aku menyerah
Aku akan berusaha agar tidak kalah, berjuang dengan tak lelah
Hingga kakiku memerah, hingga langkahku berdarah, hingga akhir desah

Jadi, kamu juga jangan menyerah
Kamu, sekalipun tidak boleh menyerah
Kamu, sekalipun tidak boleh melemah
Kamu, sekalipun tidak boleh mengaku kalah

Karena aku, juga akan berjuang 
Bersama kamu, di sampingmu, menggenggam tanganmu, mengiringi langkahmu

Karena aku, juga akan berperang
Bersama kamu, meski kelak kita menyerah dan kalah, lalu berpisah

Kita, jangan kalah ya.

Tuhan Menyimpan Kamu

Tidak perlu hujan merintiki jendela untuk menghidupkan semua kenangan
Cukuplah aku dan persimpangan
Yang menyergap sosokmu dalam diam
Inginnya merasuk secara nyata, menyentuh kulitmu dengan raba
Lagi-lagi, memangnya aku bisa apa?
Akhirnya aku dan persimpangan

Ini yang mereka sebut takdir, cerita, jalan hidup, atau apapun itu
Yang membuat aku dalam posisi meringkuk
Memandangmu yang jauh dengan kikuk
Rasanya ingin mendekat, ingin kuberi kamu senyum hangat
Hanya satu senyum saja, sungguh

Beruntungnya orang-orang itu
Orang-orang yang tidak tahu betapa aku ingin jadi mereka
Bebas mendengar suara dan bicara denganmu
Bebas tersenyum bahkan tertawa padamu
Bebas menyentuh dan merasakan panas badanmu

Aku penasaran
Apa Tuhan sengaja menyimpan kamu sebagai kejutan?

Hidup dan Doa

Hari ini, sebagai manusia biasa yang sungguhan biasa, saya kembali disadarkan bahwa hidup memang hanya sementara. Datang dan pergi, pulang dan kembali. Bahwa yang kita miliki tak pernah benar-benar kita miliki, yang kita cintai tak pernah benar-benar jadi milik sendiri. Hidup berbatas, kita terbatas.

Beberapa hari yang lalu, ayah teman saya meninggal. Surut dari duka itu, hari ini, ibu teman saya menyusul menghadap Sang Pencipta. Masing-masing dari mereka dipanggil, menemui akhir usia. Dua teman saya, dalam waktu yang hampir berdekatan, diterpa kehilangan yang tak terduga. Yang sakit dan dukanya bahkan membuat remuk redam dada. Saya sendiri menolak untuk sekadar membayangkannya. Yang saya bisa lakukan hanya berdoa. Berdoa. Lalu berdoa. Dan berdoa.

Semoga mereka diberi hati dan sabar sebesar dunia.

Semoga Tuhan masih mencatatkan waktu yang lama untuk Ayah dan Ibu saya.

Kamu, kapan terakhir kali meminta maaf pada wanita hebat yang kamu panggil 'Mama' itu? Kamu, kapan terakhir kali berterima kasih pada pria kuat yang kamu panggil 'Papa' itu?

Saya pun, hanya manusia biasa. Anak biasa dari orang tua yang luar biasa. Hari ini, saya sudah-sekali lagi-mengirim senyum untuk Ayah dan Ibu, sudah berterima kasih pada mereka. Sederhana tapi membuat mereka bahagia. Karena sungguh, hanya Tuhan yang tahu akhir dari sebuah doa.

Kalau bisa, kenapa sekarang tidak kamu ketuk pintu kamar mereka lalu julurkan kepala untuk bilang, "Ayah, Ibu, terima kasih, ya. Aku sayang kalian."


Happy 2013!

AHA! 2013!

Nggak akan banyak menulis resolusi atau kalimat perpisahan, aku cuma akan menuliskan tiga hal terbesar yang terjadi di 2012 kemarin, yang patut dirayakan.

Masuk jurusan desain interior
Merayakan hari lahir terhebat
Nonton konser Big Bang dan bisa melihat T.O.P secara langsung

Tuhan, terima kasih untuk 2012-nya. Terima kasih.

Selamat datang, 2013! Aku siap menjalani setahun berikutnya!

Selamat tahun baru, kalian semua!