Hatiku berterima kasih pada logika.
Yang meskipun kewalahan pada isi kepala, namun tetap setia menjaga. Yang meskipun keras karena tembok yang tak tertembus, masih juga setia mengingatkan. Ini tidak benar, ini tidak tepat, ini bisa menyakitimu, kata logika. Kamu bisa gila, kamu hanya akan menghancurkan dirimu sendiri, kamu harus menjaga harga diri, bentaknya keras suatu hari.
Logikaku berterima kasih pada hati.
Yang meskipun sibuk membereskan kekacauan yang selalu terjadi, masih juga sempat menghangatkan. Menenangkan logika yang terlalu kaku dan tak kenal pada teori cinta tak berbalas atau rindu tak bertuan. Nanti kamu menyesal, kenapa harus ditahan, kamu tahu itu cinta, bisiknya selalu. Jangan menyerah pada waktu, tetaplah menunggu, kamu tidak bisa pindah ke lain hati, gumamnya dalam sepi.
Hati dan logika berterima kasih pada Tuhan.
Karena dengan segala gejolak tak tahu diri yang entah kapan akan membuat gila, semua masih indah dan baik-baik saja. Masih terasa benar, masih terasa terang.
Kuharap akhir dari segala pergolakan adalah masa depan.