Sebuah Perjalanan
Setelah selama ini terlalu sibuk dengan perjalanan duniawi, tak terasa, tahu-tahu sudah bertemu Ramadan lagi. Entah Ramadan yang mendatangi atau kita yang bergerak maju menghampiri. Satu yang terpenting, kita masihlah diberi usia dan kesempatan merasakan berkahnya lagi. Sahur lagi, menahan lapar haus lagi, berbuka lagi.
Sudah lebih baikkah kita tahun ini? Sudah sampai mana perbaikan ibadah yang kita lakukan? Sudah berapa kali kening bertemu dengan sajadah dengan khusyuk? Sudah berapa malam kita pasrah dengan doa-doa dalam tengadah? Sudah berapa kali kita membuka Al-Quran lalu melantunkannya? Sudah seberapa sering kita melihat baik-baik ke dalam diri, memahami, mengoreksi, lalu malu akan dosa sendiri?
Perjalanan umroh lalu, membuat saya sadar bahwa ibadah bukan cuma kewajiban, namun juga hak yang besar dan mewah sekali. Bahwa perjalanan ibadah ini, bukan tentang seberapa sering kamu menginjakkan kaki di sana, namun tentang apa-apa yang kemudian kamu resapi dan sadari di dalam jiwa.
Bahwa kamu adalah seorang hamba, bahwa tiap-tiap kita juga terdiri dari tumpukan dosa. Ini bukan tentang siapa yang lebih suci, bukan tentang siapa yang lebih taat.
Kita sungguhlah hanya makhluk yang kecil sekali. Makhluk yang banyak ditutupi aibnya hingga masih bisa berkoar-koar paling suci ke sesama umat lain. Makhluk yang konon paling sempurna, pun bisa sekali jadi yang paling jahat ke sesamanya. Sungguh, kita ini sebenarnya kecil dan rapuh sekali, tak pantas merasa diri sebagai yang paling berhak atas Surga. Tak berhak bilang manusia lain pasti masuk Neraka.
Perjalanan dan pengalaman berharga ini, lebih dari sekadar berada di tempat kelahiran dan perjuangan Rasulullah. Ada rindu dan air mata yang saat mengalir hanya kamu dan nuranimu yang tahu, apa sesungguhnya itu.
Kawan, jangan sampai Ramadan ini hanya terlewat dengan sia-sia lagi. Tanpa kita merasa bersalah saat meninggalkan solat, tanpa kita merasa harus memperbaiki akhlak. Jangan sampai Ramadan ini lagi-lagi hanya berisi acara buka puasa dan reuni bersama yang lantas membuat kita santai melewatkan kewajiban yang lebih penting. Jangan sampai Ramadan ini lagi-lagi hanya berisi menahan lapar dan haus, tanpa kita berusaha lebih keras dalam menahan nafsu dan emosi.
Kita ini hanya hamba yang sedang melakukan perjalanan. Mari terus saling mengingatkan, mari berhenti saling menjatuhkan. Selamat kembali berjalan.
Ramadan hari ke-12. Palembang.
No comments:
Post a Comment