Benang Merah


"Pertemuan kita bukanlah kebetulan."

Siapa dari kita yang percaya kebetulan? Mungkin kau percaya, mungkin bahkan banyak orang yang meyakininya. Bahwa kebetulan sungguhan ada, bahwa ada hal-hal kecil yang terjadi untuk memicu hal-hal besar. Seperti percik api yang memancing kebakaran, seperti harapan yang meminta kepastian. Ada awal dan akhir, dan kebetulan jadi alasan dari banyak cerita berawal.

Tapi aku, tak suka menyebut pertemuan kita kebetulan. Aku, salah satu yang meyakini, bahwa semua yang terjadi tak lepas dari sepengetahuan Tuhan. Tak lepas dari pengawasanNya, tak lepas dari benang-benang merah tak kasat mata yang tanpa kita tahu, terikat di kelingking kita. Benang merah yang awalnya masih sangat panjang, longgar, karena kita sama sekali belum terikat. Benang merah yang kemudian semakin memendek karena jarak kita yang juga berkurang. Karena aku datang. Mendekatimu, memperpendek jarak, hingga benang merah tak kasat mata kita semakin sakit terasa. Semakin ingin mendekatkan diri, semakin ingin bertemu simpulnya.

"Kita sudah dekat. Ayo, temukan aku."

Kalau tiap simpul bisa bicara, mungkin itulah mantra mereka. Detik, menit, hari, menjadi tahun. Mereka melakukan segala upaya agar akhirnya bisa saling menggenggam, tanpa kita tahu. Mereka, simpul di jariku dan jarimu, sampai meminta tolong pada hujan dan senja, pada cerita-cerita tak usai, pada hati yang butuh didengarkan. Dan entah bagaimana, mereka berhasil.

Kita bertemu. Mereka bertemu. Lalu, kita jatuh sayang dengan begitu saja. Aku dan kau yang sama-sama terkejut pada jalan cerita, akhirnya saling menemukan. Di detik saat kita memutuskan untuk selalu berjalan bersama, ke masa depan, di detik itulah aku tahu bahwa selamanya bahkan tak cukup untuk kita. Aku dan kau butuh lebih dari selamanya untuk bersama.

Kalau dipikir-pikir, lelah sekali perjalanan yang harus ditempuh menujumu. Jauh. Tapi setimpal. Bertemu denganmu adalah salah satu yang paling ingin kusyukuri, salah satu yang paling tak ingin kuingkari.

Mari saling menjaga hingga tua. Aku punya banyak stok bahagia untuk dihabiskan bersama. Benang-benang merah kita kini telah membentuk simpul yang sama, manalah aku tega melepasnya. 

Percayakah kau pada kebetulan? Aku tidak.

Karena kau bukan kebetulan. Kau kejutan.

"Tenang, aku di sini. Slama kau di sisi, aku berjanji. Tak kemana-mana.."

8 comments:

  1. Artkelnya bgus, bhsnya menarik tuk dbca...

    ReplyDelete
  2. Pengin buat kayak gini, entah kenapa selalu nggak bisa. :|

    Sukses terus.. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Biasanya yg kayak gini lancar kalau dari hati, atau bisa dipancing dengan dengerin lagu yg bisa "mancing" suasananya.

      Terima kasih! :D

      Delete
  3. Megan percaya teh =) karena kebetulan itu tetap aja terjadi atas izin Tuhan dan jadi bagian dari takdir yang masih bisa berubah karena usaha *cieee* haha

    Asli teh, bacanya sedih... Buat bertanya-tanya kapan benang merah itu tersimpul pada akhirnya dan sama siapa, hoho...

    Keren d^^b semakin sukses teh ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dan kita memang gak pernah tahu akan dipertemukan dengan siapa, di mana, bagaimana, dan dengan cara apa. Semuanya serba kejutan.

      Amiin. Nuhun, Gan! ^^

      Delete