Lembar (yang tak) Baru


Adalah saat kehilangan, aku sadar...

bahwa pelukmu begitu menghangatkan

bahwa pundakmu kini tak lagi menyamankan

bahwa yang kita tapaki bersama tinggal kenangan

bahwa rindu bisa disampaikan lewat butiran air hujan

bahwa harapan pada akhirnya sungguhan menyakitkan


Adalah saat kita terpatahkan, aku sadar akan langit kemerahan

Semburat, yang kalau kau lihat, teramat pekat

Seperti harap yang tak tergenggam erat

Seperti kumpulan rindu yang teramat

Seperti kita yang telah tamat

Seperti aku yang sekarat

Seperti kiamat


Kuajak kau melihat langit sore hari

Tempat dimana bertemunya sebagian diri

Kalau beruntung, kau akan menemukanku, sekali lagi

Lalu, bisa saja, cerita kita akan bertutur dari lembar baru yang wangi

3 comments:

  1. 'rasa' yg dipecah menjadi kalimat2 bermakna. cinta menjadi sesuatu yg logis, harapan menjadi sesuatu yg logis.keinginan menjadi hal yg logis. Terlalu logis bukankah akan menjadikannya lumrah?....saya kehilangan emosinya.
    bukankah seharusnya akumulasi tutur logika itu berujung pada situasi emosional..kemarahan, kesedihan yg menampar, atau kegembiraan yg aleman.tapi ini keuren.....,mungkin suatu saat anda akan membawa saya pada suatu pengalaman emosional yg haru biru atau temaramnya gelap kopi pahit tanpa gula...(Y)

    ReplyDelete
  2. Kalau lembarnya tak baru, aku bisa melihat apa yang terjadi diantara kau dan aku di masa lalu.
    Mungkin aku akan kembali meragu padamu.
    Bisakah kita memulai di lembar yang benar-benar baru?
    Meski dengan aku dan kamu dan tidak sebaru itu? :D
    Haha Move on aja ah aku mah... wkkk

    ReplyDelete