Perempuan Teh Susu


Nama saya Arya. Laki-laki biasa dengan penampilan dan kehidupan yang biasa. Terlalu biasa hingga saya sering takjub pada lika-liku takdir ajaib orang lain. Saya tidak merasa hidup saya punya banyak gejolak, pun tanpa bahagia yang luar biasa. Semua cukup, semua pas-pas saja. Saya manusia yang mengikuti perkembangan dunia, tapi tidak pernah tertarik mengikuti tren-tren yang ada. Bagi saya, hidup ya begini-begini saja. 

Sementara banyak orang memulai pagi dengan secangkir kopi, saya selalu memulai pagi dengan secangkir teh susu. Teh yang pekat bertemu dengan susu yang manis sudah menemani entah berapa ribu pagi. Secangkir teh susu hangat, yang entah kenapa, saya pikir mirip saya.

"Arya, aku mau bikin kopi. Kamu mau nitip teh susu?"

Perempuan pemilik suara ini bernama Riifa. Teman sesama editor, tapi posisinya lebih tinggi dari saya, meskipun saya lebih dulu diterima kerja. Soal tekun, saya jelas di atas dia. Tapi dia punya wibawa yang berbeda. Caranya bicara dan bekerja, ada di level yang jauh di atas saya. Meskipun pada kenyataannya, saya tahu betul sifat aslinya. Ceroboh, mudah panik, terlalu peduli pendapat orang lain, dan sensitif sekali. Selama hampir 4 tahun kerja bersama, perempuan ini sudah seperti teh susu bagi saya. Berinteraksi dengannya membuat saya bahagia. Mendengar suaranya dari bilik meja saat menyapa rekan kerja di pagi hari, mencium aroma parfum plus kopi yang terasa akrab sekali, mendengar keluh kesahnya perihal pekerjaan. Semua sisi hidupnya sudah saya lihat, setidaknya saya pikir begitu. Sampai kemudian, untuk pertama kalinya, saya melihat dia jatuh cinta.


Laki-laki itu adalah manajer umum salah satu perusahaan dagang terbesar di ibukota. Yang saya tahu pertemuan mereka berawal dari wawancara karena Riifa diminta menggantikan teman kami yang mendadak berhalangan. Saya tak menyangka, setelah wawancara itu, saya jadi melihat Riifa yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Gelisah, panik, cemas, senyum-senyum seperti orang gila, hingga menangis tanpa suara di mejanya.

Laki-laki itu membuat saya bisa melihat Riifa berada di semua puncak emosinya. Bahagia sekali sekaligus sedih sekali. Laki-laki yang sekali lihat saja, saya tahu saya tak akan menang dari segi apapun. Laki-laki yang terlihat memegang kendali, laki-laki yang tahu jelas apa yang dituju dan itu termasuk perempuan teh susu saya.

Saya sendiri tidak mengerti, saat itu hati saya seperti apa bentuknya. Seingat saya, saya hampir tak merasa apa-apa, tapi juga tidak baik-baik saja. Hampa. Seperti tahu kalau sedang kehilangan, tapi sadar tidak bisa berbuat apa-apa. Disebut kehilangan pun rasanya kurang tepat karena dari awal saya memang tak pernah berusaha menjaga. Saya selama ini hanya mengagumi, mengamati dari dekat, tanpa berupaya menjadikan perempuan ini hak milik meski sadar kalau dia berharga.

Saya tidak ingin sok tegar dengan mendoakan semoga mereka bahagia. Bagi saya, cukuplah perempuan ini selalu hadir di kursi kerjanya, berisik sendiri sambil meneguk kopi, lalu mengeluh pada saya tentang semua susah payahnya. Bagi saya, cukuplah perempuan ini ada di tempatnya sekarang duduk, tak peduli jadi milik siapa. Saya tak akan menyentuhnya, saya tak akan berusaha memindahkannya. Seperti teh susu kesukaan, saya ingin dia tetap jadi pengisi hari saja.

Rasanya saya tahu kenapa saya merasa mirip teh susu. Karena teh susu bukan favorit kebanyakan orang, termasuk perempuan di hadapan saya, yang tentu saja lebih memilih kopi.

"Arya, aku sudah cerita belum kalau akhirnya Adrian melamarku?"

"Iya, sudah. Tapi nggak apa-apa, aku ingin dengar lagi."


---------------------------------------
(p.s. soundtrack cerita Arya: "Surga Cinta" - Ada Band")

2 comments:

  1. Dear Teh Indah,

    Ceritanya buat hatiku nyut-nyutan. Berasa ngaca rasanya haha *ketawa pedih* Si Bapake Arya ini kenapa sabar banget dikasih cerita yang sama sama temen ceweknya yang dia suka ya :( Sabar banget... ntap teh :")

    Dear Mas Arya,

    Mas Arya yang usianya pasti lebih tua dari saya, kita mungkin harus ngobrol sambil minum teh susu di kedai teh susu di hometown saya. Yuk, siapa tau kita cocok jadi temen, sukur-sukur jodoh. Sama-sama suka mendem perasaan sampe akhirnya beneran gak kesampean. Tapi gapapa, Mas Ar, daripada kamu sembarangan bilang suka endingnya malah gak jodoh kan lebih sakit karena sempat memiliki.

    Bye~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Megan Chynthia Dewi yg komennya selalu bikin aku ngakak plus terharu, ini biar Mas Arya Dirgantara ya yg jawab pertanyaan dan pernyataannya.

      -------

      Dear Mbak Megan Chynthia Dewi,

      Boleh, ayo kalau ada waktu kita ngobrol sambil minum teh susu. Tapi saya lebih suka mendengarkan orang cerita, jadi jangan marah kalau saya lebih banyak diam ya, Mbak. Sudah lama juga rasanya saya nggak berbagi cerita dengan orang lain.

      Kalau soal kenapa saya sabar banget dengar cerita Riifa tentang percintaan dia, ya mungkin karena saya cuma ingin dia nggak kemana-mana. Jadi selagi dia ada di sisi saya, bercerita apapun rasanya saya siap mendengarkan.

      Terima kasih ya, Mbak Megan. Semoga selalu berbahagia. :)

      Delete