I'll Love You


Semoga kita masih melangkah. Aku sedang bicara atas nama masa depan, atas nama manusia yang berdiri dengan kekuatan penuh sekaligus menyimpan rapuh. Aku sedang memerhatikanmu, perjalanan kita, langkah-langkah yang sedang dan sudah kita buat. Sudah banyak yang terhapus ombak, Sayang. Langkah kita terus memperbanyak dirinya, membuka jalan untuk lorong panjang di depan. Aku bertanya-tanya, apa kamu masih melangkah bersamaku, pun sebaliknya.

Tidakkah kamu ingin masa depanmu berisi aku? Tidakkah kamu ingin kelak yang menyambutmu adalah anak-anak yang memanggilku "Ibu"? Tidakkah kamu ingin kelak rumah minimalis berwarna abu-abu itu temboknya menggores cerita aku dan kamu? Tidakkah kamu ingin halaman rumah itu tidak melulu berisi batu-batu, tapi juga tertanam barisan bunga merah jambu? Tidakkah kamu ingin menjadi juri nomor satu setiap kali kusajikan masakanku?

Sayang, masa depan bukan milikku. Bukan milikmu. Takdir itu segaris dengan aku dan kamu, tegak lurus dengan Tuhan. Aku dan kamu, dalam perjalanan yang bahkan belum terjadi ini, marilah saling merapatkan janji. Menegakkan diri. Memantapkan langkah sendiri-sendiri. Untuk kemudian menjajal semua yang telah ditapaki, dalam waktu bernama nanti.

Jadi, bunga mawar itu disimpan untuk dijadikan cincin? Manis sekali, Sayang.

No comments:

Post a Comment