Akhirnya Tenggelam

Aku dan si belahan jiwa, sedang bertatap muka. Lama. Mungkin sudah hampir satu jam lamanya. Kusebut dia belahan jiwa karena dia memang sungguhan belahan dari jiwa. Seseorang yang bila kelak meninggalkanmu, rasanya nyawa seperti terenggut. Mendadak kosong. Kamu tak akan pernah mau merasakannya, kehilangan teramat sangat. Sulit berkata-kata.

Wanita ini, bukan kekasih. Bukan pula teman. Seperti yang tadi kukatakan, dia belahan jiwa. Aku mencintainya, dan walaupun tanpa berkata-kata, aku ingin memilikinya. Tak bisa kujelaskan padanya bagaimana otak, tubuh, dan hati ini tak pernah menginginkan orang lain selain dia. Tak bisa kujelaskan padanya bagaimana pikiran ini mendesakku untuk terus mengungkapkan semua padanya. Nanti, kataku pada diri sendiri. Nanti dia jadi milik orang lain, kata logikaku setiap kali.

Jadi hari ini, aku mengajaknya bertemu. Berdua saja, mendadak, dan tanpa persiapan terlebih dulu. Aku tak sedang ingin menyatakan cinta. Tak juga ingin memintanya jadi kekasih. 

"Kuharap ini akhir," dia cemberut.

"Iya, aku akan mengakhirinya sekarang," kataku yakin.

"Maksudmu, akhir yang sungguhan akhir? Kita berakhir?" tanyamu lagi.

"Iya. Makanya kamu diam dulu, ya," aku mengangguk pelan.

Kutarik nafas pelan, berharap Tuhan masih menyisakan kekuatan. Aku, meski tidak pernah bersikap romantis padanya, tapi sedetikpun tak pernah berharap dia jadi milik orang lain. Aku, meski tidak pernah memerhatikannya dari detil terkecil, tetap jadi penonton nomor satu hidupnya.

"Ayo kita akhiri adegan bertahun-tahun mencintai dalam diam ini."

Kamu diam. Bibirmu terbuka sedikit, terperangah dalam bingung.

"Ayo menikah. Punya anak, membangun rumah, memasak bersama, menonton tivi berdua, saling menyambut saat pulang kerja, menggelung di selimut di pagi hari, berebut siapa yang paling cepat membuatkan kopi..."

Kamu masih diam. Kuselesaikan kalimat sambil memejam.

"Aku ingin kita menua bersama."

Dan... selesailah adegan terakhir kita sore itu. Kamu yang kemudian menunjukkan jari manis bercincin padaku, meneteskan beberapa air mata pilu. Kamu yang entah kapan sudah jadi milik orang lain, aku yang entah kapan didahului oleh nyali pria lain. 

Aku terlambat. Terseret dalam cinta diam-diam dan akhirnya tenggelam.

4 comments:

  1. HAHAHAHA! ceritonyo cugaaak ee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Muahaha banget. Makanya kalo mau nyatain cinta jangan telat, ntar keburu diambil orang. :))

      Delete
  2. silahkan anda duluan. Agresif dikit gpp kali ya --"

    ReplyDelete