Gila, kan?
Saat seharusnya aku tertawa melonjak dalam girang, dan yang kulakukan malah terdiam sembunyi di balik malam. Saat seharusnya aku tahu ada yang salah dan segera berbalik menyerah, dan yang kulakukan malah berjuang hingga berdarah dan tanpa lelah.
Gila, kan?
Saat hujan bahkan bisa membuat tulangku menggigil ketakutan, membuat dadaku sesak akan kenangan, dan memenuhi otakku dengan tumpukan ingatan. Saat lagu bahkan tak bisa menyembuhkan dan memperparah keadaan.
Gila, kan?
Saat menelan ludah terasa sulit dan menyakitkan, membakar tenggorokan dan semua yang dilaluinya, termasuk perasaan. Saat satu persatu kepingan nyawa runtuh perlahan, berantakan. Saat segurat senyum begitu palsu dan memuakkan.
Gila, kan?
Setelah semua itu, ternyata kau masih belum bisa membunuhku. Dan kau memang tidak akan pernah bisa. Kau tahu itu.
Saat seharusnya aku tertawa melonjak dalam girang, dan yang kulakukan malah terdiam sembunyi di balik malam. Saat seharusnya aku tahu ada yang salah dan segera berbalik menyerah, dan yang kulakukan malah berjuang hingga berdarah dan tanpa lelah.
Gila, kan?
Saat hujan bahkan bisa membuat tulangku menggigil ketakutan, membuat dadaku sesak akan kenangan, dan memenuhi otakku dengan tumpukan ingatan. Saat lagu bahkan tak bisa menyembuhkan dan memperparah keadaan.
Gila, kan?
Saat menelan ludah terasa sulit dan menyakitkan, membakar tenggorokan dan semua yang dilaluinya, termasuk perasaan. Saat satu persatu kepingan nyawa runtuh perlahan, berantakan. Saat segurat senyum begitu palsu dan memuakkan.
Gila, kan?
Setelah semua itu, ternyata kau masih belum bisa membunuhku. Dan kau memang tidak akan pernah bisa. Kau tahu itu.
No comments:
Post a Comment